Dalilnya adalah firman Allah ta’ala,
Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassallam bersabda dalam sebuah hadist saat menjawab pertanyaan Jibril‘alaihissalam tentang keimanan, Keimanan adalah engkau beriman kepada Allah, dan para malaikatNya, dan kitab-kitabNya, dan para rasulNya, dan hari akhir, dan engkau beriman pada takdir baik yang baik maupun yang buruk [HR Muslim dari sahabat ‘Umar radhiyallahu ‘anhu].
Sumber :
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ
وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ
آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ
وَالنَّبِيِّينَ
“Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi …” (QS Al Baqarah:
177).
Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassallam bersabda dalam sebuah hadist saat menjawab pertanyaan Jibril‘alaihissalam tentang keimanan, Keimanan adalah engkau beriman kepada Allah, dan para malaikatNya, dan kitab-kitabNya, dan para rasulNya, dan hari akhir, dan engkau beriman pada takdir baik yang baik maupun yang buruk [HR Muslim dari sahabat ‘Umar radhiyallahu ‘anhu].
Pengertian Rukun Iman
Kata "rukun"
didalam rukun iman adalah asas, landasan atau dasar. Artinya adalah 6
hal yang disebutkan didalam rukun iman adalah dasar dan landasan utama
dalam beragama. Tanpa ke enam hal ini maka kita belum sempurna beragama
islam. Kenapa demikian ? Karena semua rukun islam ini saling berkaitan.
Jika kita mempercayai Alloh maka kita wajib mempercayai rosul, dan
sebaliknya. Seperti yang difirmankan Alloh dalam surat Annisa ayat ke 59
yang berbunyi: "'Ati'ulloha Wa 'Ati'urrosuula..." yang berarti:
"Ikutilah Alloh dan ikutilah Rosul...". Dari ayat tersebut dapat kita
ambil maknanya bahwa kita tidak bisa mempercayai salah satu, misalkan
hanya mempercayai alloh saja, tetapi tidak mempercayai rosul, atau
sebaliknya. Kesimpulannya adalah jika kita mengaku beriman kepada Alloh,
imani lah (percaya) juga Rosululloh dan ikuti setiap perintahnya, serta
beriman lah juga kepada setiap rukun yang ada didalam rukun iman agar
islam kita sempurna.
"Iman" menurut
bahasa adalah percaya atau membenarkan. Sedangkan iman menurut istilah
syar'i yaitu Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan
anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan
maksiat.
Jika kita hubungkan
keduanya, maka arti dari rukun iman adalah dasar-dasar atau landasan
yang harus diyakini didalam hati setiap muslim, dan dibuktikan didalam
lisan serta perbuatannya sehari-hari. Wallohu a'lam bisshawab.
Rukun Iman Ada 6 :
Iman kepada ALLAH Iman kepada Malaikat-malikat ALLAH Iman Kepada Kitab-kitab ALLAH Iman Kepada Rasul-rasul ALLAH Iman kepada hari Kiamat Iman kepada Qada dan Qadar
Berikut penjelasan ringkas mengenai keenam rukun iman ini:
1. Iman kepada Allah.
Tidaklah seseorang dikatakan beriman kepada Allah hingga dia mengimani 4 perkara:
a. Mengimani adanya Allah Ta’ala.
b. Mengimani rububiah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta kecuali Allah.
c. Mengimani uluhiah Allah, bahwa tidak ada sembahan yang berhak
disembah selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah
Ta’ala.
d. Mengimani semua nama dan sifat Allah yang Allah telah tetapkan
untuk diri-Nya dan yang Nabi-Nya shallallahu alaihi wasallam tetapkan
untuk Allah, serta menjauhi ta’thil, tahrif, takyif, dan tamtsil.
2. Iman kepada para malaikat Allah.
Maksudnya kita wajib membenarkan bahwa para malaikat itu ada wujudnya
dimana Allah Ta’ala menciptakan mereka dari cahaya. Mereka adalah
makhluk dan hamba Allah yang selalu patuh dan beribadah kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
*وَلَهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ عِندَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ
يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لا يَفْتُرُونَ
“Dan
malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh
untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu
bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya`: 19-20)
Kita wajib
mengimani secara rinci setiap malaikat yang kita ketahui namanya seperti
Jibril, Mikail, dan Israfil. Adapun yang kita tidak ketahui namanya
maka kita mengimani mereka secara global. Di antara bentuk beriman
kepada mereka adalah mengimani setiap tugas dan amalan mereka yang
tersebut dalam Al-Qur`an dan hadits yang shahih, seperti mengantar
wahyu, menurunkan hujan, mencabut nyawa, dan seterusnya.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah.
Yaitu kita
mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah kalam-Nya, dan kalamullah
bukanlah makhluk karena kalam merupakan sifat Allah dan sifat Allah
bukanlah makhluk.
Kita juga wajib
mengimani secara terperinci semua kitab yang namanya disebutkan dalam
Al-Qur`an seperti taurat, injil, zabur, suhuf Ibrahim, dan suhuf Musa.
Sementara yang tidak kita ketahui namanya maka kita mengimani secara
global bahwa Allah Ta’ala mempunyai kitab lain selain daripada yang
diterangkan kepada kita. Secara khusus tentang Al-Qur`an, kita wajib
mengimani bahwa dia merupakan penghapus hukum dari semua kitab suci yang
turun sebelumnya. Allah berfirman, :
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.”(QS al Ma’idah: 48)
وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِناً عَلَيْهِ
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.”(QS al Ma’idah: 48)
4. Iman kepada para nabi dan rasul Allah.
Yaitu mengimani
bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah Ta’ala
pilih sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya. Akan
tetapi mereka semua tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali
tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah
para nabi dan rasul adalah kebatilan yang nyata.
Wajib mengimani
bahwa semua wahyu nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari
Allah Ta’ala. Karenanya siapa saja yang mendustakan kenabian salah
seorang di antara mereka maka sama saja dia telah mendustakan seluruh
nabi lainnya. Karenanya Allah Ta’ala mengkafirkan Yahudi dan Nashrani
tatkala tidak beriman kepada Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan
Allah mendustakan keimanan mereka kepada Musa dan Isa alaihimassalam,
karena mereka tidak beriman kepada Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Juga wajib
mengimani secara terperinci setiap nabi dan rasul yang kita ketahui
namanya. Sementara yang tidak kita ketahui namanya maka kita wajib
mengimaninya secara global. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا
أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِن بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى
إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ
وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا
دَاوُودَ زَبُوراً
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami
telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan
Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak,
Ya’qub dan anak cucunya, ‘Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan
Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS an Nisa: 163)
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلا مِنْ
قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ
عَلَيْكَ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلا بِإِذْنِ
اللَّهِ فَإِذَا جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ
هُنَالِكَ الْمُبْطِلُونَ
“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di
antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada
(pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Mu'min: 78)
5. Iman kepada hari akhir.
Dikatakan hari akhir karena dia adalah hari terakhir bagi dunia ini,
tidak ada lagi hari keesokan harinya. Hari akhir adalah hari dimana
Allah Ta’ala mewafatkan seluruh makhluk yang masih hidup ketika itu
-kecuali yang Allah perkecualikan-, lalu mereka semua dibangkitkan untuk
mempertanggung jawabkan amalan mereka. Allah Ta’ala berfirman:
بَلْ مَتَّعْنَا هَؤُلاءِ وَآبَاءَهُمْ
حَتَّى طَالَ عَلَيْهِمُ الْعُمُرُ أَفَلا يَرَوْنَ أَنَّا نَأْتِي الأرْضَ
نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَاأَفَهُمُ الْغَالِبُونَ
“Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan
mengulanginya, janji dari Kami, sesungguhnya Kami pasti akan
melakukannya.” (QS. Al-Anbiya`: 104)
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ
يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي
أَنفُسِهِمْ حَرَجاً مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيماً
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.” (an Nisa: 65)
Ini makna hari akhir secara khusus, walaupun sebenarnya beriman kepada
akhir itu mencakup 3 perkara, dimana siapa saja yang mengingkari salah
satunya maka hakikatnya dia tidak beriman kepada hari akhir. Ketiga
perkara itu adalah:
a. Mengimani semua yang terjadi di alam barzakh -yaitu alam di antara
dunia dan akhirat- berupa fitnah kubur oleh 2 malaikat, nikmat kubur
bagi yang lulus dari fitnah, dan siksa kubur bagi yang tidak selamat
darinya.
b. Mengimani tanda-tanda hari kiamat, baik tanda-tanda kecil yang
jumlahnya puluhan, maupun tanda-tanda besar yang para ulama sebutkan
jumlahnya ada 10. Di antaranya: Munculnya Imam Mahdi, keluarnya Dajjal,
turunnya Nabi Isa alaihissalam, keluarnya Ya`juj dan Ma`jun, dan
seterusnya hingga terbitnya matahari dari sebelah barat.
c. Mengimani semua yang terjadi setelah kebangkitan. Dan kejadian ini
kalau mau diruntut sebagai berikut: Kebangkitan lalu berdiri di padang
mahsyar, lalu telaga, lalu hisab (tanya jawab dan pembagian kitab),
mizan (penimbangan amalan), sirath, neraka, qintharah (titian kedua
setelah shirath), dan terakhir surga.
6. Beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk.
Maksudnya kita wajib mengimani bahwa semua yang Allah takdirkan, apakah
kejadian yang baik maupun yang buruk, semua itu berasal dari Allah
Ta’ala. Beriman kepada takdir Allah tidak teranggap sempurna hingga
mengimani 4 perkara:
a. Mengimani bahwa Allah Ta’ala mengimani segala sesuatu kejadian,
yang baik maupun yang buruk. Bahwa Allah mengetahui semua kejadian yang
telah berlalu, yang sedang terjadi, yang belum terjadi, dan semua
kejadian yang tidak jadi terjadi seandainya terjadi maka Allah tahu
bagaimana terjadinya.
Allah Ta’ala berfirman:
“Agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,
dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.”
(QS. Ath-Thalaq: 12)
b. Mengimani bahwa Allah Ta’ala telah menuliskan semua takdir makhluk
di lauh al-mahfuzh, 50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan
bumi.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Saya
pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Allah telah menuliskan takdir bagi semua makhluk 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 4797)
c. Mengimani bahwa tidak ada satupun gerakan dan diamnya makhluk di
langit, di bumi, dan di seluruh alam semesta kecuali semua baru terjadi
setelah Allah menghendaki. Tidaklah makhluk bergerak kecuali dengan
kehendak dan izin-Nya, sebagaimana tidaklah mereka diam dan tidak
bergerak kecuali setelah ada kehendak dan izin dari-Nya.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan kamu tidak dapat menghendaki
(mengerjakan sesuatu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta
alam.” (QS. At-Takwir: 29)
d. Mengimani bahwa seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat mereka
beserta seluruh sifat dan perbuatan mereka adalah makhluk ciptaan Allah.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Allah menciptakan segala sesuatu.” (QS. Az-Zumar: 62)
Sumber :
http://www.asmaul-husna.com/2015/06/rukun-iman-dan-penjelasannya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar